TDS Air Minum Dalam Kemasan
Dewasa ini banyak beredar air minum kemasan bermerek, mulai ukuran gelas berisi 220 ml, botol bermacam ukuran (500, 600, 1.000 atau 2.000 ml) sampai dengan ukuran 5 galon (18,9 liter).
Dalam proses produksinya juga dikenal beberapa jenis teknologi, misalnya hydro-pro-system, RO (reverse osmosis) dan mungkin masih ada lagi jenis teknologi lain. Intinya, air “mentah” yang diambil dari mata air yang dipilih dan diolah sedemikian rupa, sehingga aman untuk dikonsumsi langsung (sebagai air minum atau air untuk memasak).
Baru-baru ini di kampung tempat penulis tinggal ada “demo” cara memeriksa kualitas air minum. Demo ini diselenggarakan salah satu produsen air minum bermerek yang menggunakan teknologi tertentu (sebut saja teknologi jenis A). Pada kesempatan itu, ibu-ibu penghuni kampung diminta membawa contoh air yang diambil dari sumur masing-masing 1 gelas. Sebagai pembanding disediakan pula air minum kemasan dari berbagai merek baik yang menggunakan teknologi sejenis (A) maupun teknologi lain yang menjadi pesaingnya (sebut saja jenis B dan C).
Ada tiga cara yang dipertunjukkan dalam mengetes kualitas air. Yang pertama dengan alat TDS (total dissolved solid). Alat ini mengukur banyaknya kandungan partikel padat dalam air yang ditampilkan dalam layar digital dalam satuan ppm (part per million). Makin tinggi angka yang ditunjukkan berarti kualitas airnya, makin tidak baik dikonsumsi.
Menurut penjelasan pendemo, air yang baik angkanya di bawah 100. Cara kedua dengan lampu pijar yang kabelnya dicelupkan air di gelas. Kalau airnya bagus lampu tidak akan menyala atau sekalipun menyala sangat redup. Sebaliknya kalau lampu menyala terang berarti airnya tidak baik dikonsumsi.
Kemudian yang ketiga menggunakan alat elektrolisis. Dengan alat ini partikel padat akan mengumpul di atas, sehingga airnya menjadi keruh, berwarna hijau, cokelat atau hitam. Terlihat hubungan yang sangat jelas bahwa contoh air yang TDS-nya di bawah 100 lampu pijar tidak menyala atau menyala tapi redup dan setelah dilakukan elektrolisis selama 3 menit relatif airnya tetap jernih atau hanya sedikit kecokelatan. Sebaliknya contoh air yang angka TDS-nya di atas 100 lampu pijar menyala terang dan setelah dilakukan elektrolisis airnya menjadi sangat keruh karena banyak gumpalan partikel padat berkumpul di permukaan air.
Dari 8–10 contoh air sumur hanya 2 yang angka TDS-nya di bawah 100, 2 contoh menunjukkan angka TDS di atas 200 dan sisanya berkisar antara 100–200. Hal yang sungguh sangat mengejutkan adalah beberapa contoh air minum kemasan bermerek yang dikenal luas ternyata angka TDS-nya termasuk kisaran 100–200.
Ini berarti kualitasnya bahkan lebih rendah dari air yang langsung diambil dari sumur tanpa melalui proses apa pun. Tentu saja, contoh air minum kemasan bermerek produksi perusahaan si petugas demo (dengan teknologi A) unggul mutlak dengan angka TDS 15.
Dalam percobaan menggunakan lampu pijar, lampu sama sekali tidak menyala dan setelah dilakukan elektrolisis airnya tetap jernih. Ibu-ibu yang menyaksikan acara demo ini langsung ketakutan dengan kualitas air sumurnya dan segera saja memesan air minum kemasan berteknologi A ini. Artinya acara demo sukses.
Jadi selama TDS tidak melebihi 250 ppm air aman untuk diminum, air dengan kandungan mineral justru diperlukan oleh tubuh, bahkan air terbaik di dunia (air zamzam) terkenal mengandung mineral yang tinggi TDSnya sekitar 800 ppm.
-
Terkini
- Laporan Penutupan KSPWS
- Laporan June 2011
- Jembatan Jl Alternatif Sentul Dibiayai Pinjaman 56 Miliar
- Anaknya Dipaksa Ikut Studi Tour Wali Murid Protes
- PDAM Selesaikan Proyek Sambungan Pipa Air Bersih Bantuan Australia
- Hotel M One Lecehkan Bupati dan Dewan, Pemkab Bogor Harus Tegas
- Lapaoran April 2011
- DAFTAR GAJI PNS 2010
- Laporan Keuangan 2009
- UU KIP segera berlaku
- Perpajakan Koperasi
- Republika Online – Orang Tua Murid Protes Kewajiban Beli Buku Paket
-
Tautan